Fase ke
empat
Inilah babak keempat era akhir zaman yang sudah disebutkan
oleh nabi Muhammad SAW. Yaitu kehidupan di bawah kepemimpinan Mulkan Jabriyyan
alias para penguasa yang memaksakan kehendak atau para diktator. Babak ini
diawali dengan berakhirnya babak ketiga yaitu kepemimpinan Mulkan Aadhdhon.
Belum pernah umat islam hidup tanpa naungan Khilafah Islamiyyah seperti yang
dialami dewasa ini. Keadaan umat islam dewasa ini mirip seperti keadaan nabi
dan para sahabat saat berjuang di Mekah sebelum hijrah ke Madinah. Mereka
mengalami pengusiran dari rumah, penganiayaan, penyiksaan, pemboikotan bahkan
pembunuhan.
Apa yang kita alami dewasa ini merupakan sunnatullah, Ini
merupakan suatu cara bagi Allah untuk menyeleksi siapa di antara orang-orang
yang mengaku beriman memang sungguh-sungguh beriman. Allah tidak berkenan
memberikan kemenangan bagi umat Islam sebelum mereka mengalami penempaan yang
semestinya.
Ciri-ciri
1. Perjalanan
umat Islam memasuki periode keempat yang ditandai dengan munculnya para
pemimpin diktator setelah perang dunia kedua banyak negeri islam yang
menyatakan kemerdekaan, namun sebagian menjadi kerajaan yang beraliansi dengan
barat dan sebagian lainnya dipimpin oleh pemimpin diktator.
2. Dunia
akan berbalik, berbalik yang dimaksudkan adalah orang-orang yang jujur akan
ditinggalkan dan orang-orang yang tidak bisa memegang amanah akan dipercaya.
3.
Pada
fase ini juga akan muncul 30 DAJJAL PENDUSTA di seluruh penjuru bumi. Sebagai
contoh Sai Baba di India salah satu dari 30 Dajjal Pendusta, dimana Sai Baba
mempunyai kekuatan untuk menghidupkan orang mati, menyembuhkan orang sakit
hanya dengan di usap.
4. Tubuh
umat Islam tercabik-cabik oleh perpecahan internal. Sebagai contoh pada periode
ini, jangankan sepakat untuk mengangkat isu-isu besar penegakan Daulah
Islamiyah, penentuan awal Ramadhan dan Idul fitri saja tidak menemukan kata
sepakat.
5. Pasca
runtuhnya Tembok Berlin di Jerman, hegemoni raja diktator internasional mulai
menampakkan eksistensinya, bermarkas di Gedung Putih (al-bait al-abyadh) dan
didukung oleh kroni-kroninya yang tergabung dalam negara G7.
Pada zaman ini, menurut pakar hadits Dr. Daud Rasyid
menyatakan bahwa umat Islam dari segi kuantitas tergolong besar, tetapi mereka
laksana sampah. Maksudnya mereka bukan berkumpul tetapi berkerumun, mereka
mayoritas tetapi hati individu mereka tercabik-cabik oeleh paham kedaerahan
(nasionalisme) yang sempit, madzhab, aliran keagamaan dan kpentingan.
Kehadirannya tidak menggenapkan dan kepergiannya tidak mengganjilkan.Teladan Umr bin Abdul Aziz
Tatkala Khalifah demi khalifah datang pergi silih berganti, disebut-sebutlah nama
Umar bin Abdul Azir untuk menjadi penggantinya. Nama Umar bin Abdul Aziz
digadang-gadang menjadi calon khalifah yang baru.
Tapi apa kata Umar?
Tapi apa kata Umar?
“Jangan sebut-sebut nama saya, katakan bahwa saya tidak menyukainya. Dan
jika tidak ada yang menyebut namanya, maka katakan, jangan mengingatkan nama
saya,” ujar Umar bin Abdul Aziz.
Umar Bin Abdul Aziz diangkat menjadi Khalifah pada dinasti Bani Umayyah,
hari Jum’at tanggal 10 Shafar tahun 99 Hijriyah, menggantikan khalifah
sebelumnya, Sulaiman Bin Abdul Malik. Saat diumumkan di depan publik namanya
disebut sebagai pengganti, seluruh hadirin pun serentak menyatakan
persetujuannya. Tapi tidak dengan Umar. Sang Khalifah menangis terisak-isak. Ia
memasukkan kepalanya ke dalam dua lututnya dan menangis sesunggukan.
Ia justru terkejut, seperti mendengar petir di siang bolong. Bukan hanya
terkejut, Umar bin Abdul Aziz bahkan mengucapkan Inna lillahi wa Inna ilaihi
raji’uun, bukannya Alhamdulillah atau mengadakan pesta, sebagaimana kebanyakan
pejabat di negeri ini.
“Demi Allah, ini sama sekali bukanlah atas permintaanku, baik secara
rahasia ataupun terang-terangan,” ujar cicit dari Khulafaur Rasyidin kedua Umar
bin Khattab ini.
Di atas mimbar Umar Bin Abdul Aziz berpidato: “Wahai manusia, sesungguhnya
aku telah dibebani dengan pekerjaan ini tanpa meminta pendapatku lebih dulu,
dan bukan pula atas permintaanku sendiri, juga tidak pula atas musyawarah kaum
muslimin. Dan sesungguhnya aku ini membebaskan saudara-saudara sekalian dari
baiat di atas pundak saudara-saudara, maka pilihlah siapa yang kamu sukai untuk
dirimu sekalian dengan bebas!”
Ketika semua hadirin telah memilihnya dan melantiknya, Umar berpidato
dengan ucapan yang menggugah. “Taatlah kamu kepadaku selama aku ta’at kepada
Allah. Jika aku durhaka kepada Allah, maka tak ada keharusan bagimu untuk taat
kepadaku.”
Dalam pidato di hari kedua memegang amanah, Umar mengatakan tiada nabi
selepas Muhammad Shallahu ‘alaihi Wassallam dan tiada kitab selepas Al-Quran.
“Aku bukan orang yang paling baik dikalangan kamu sedangkan aku cuma orang
yang paling berat tanggungannya dikalangan kamu, aku mengucapkan ucapan ini
sedangkan aku tahu aku adalah orang yang paling banyak dosa di sisi Allah.”
Usai berpidato, khalifah menangis kemudian melanjutkan, “Alangkah besarnya
ujian Allah kepadaku.”
Jika kebanyakan pejabat berpesta ria saat kenaikan pangkat dan meraih
kekuasaan, Umar bin Abdul Aziz malah banjir air mata karena takut
pertanggungjawabanya di hadapan Allah pada hari kiamat kelak tak mampu
dipikulnya.
Sikapnya tak hanya ditunjukkan di mimbar. Iia justru hidup dalam kezuhudan
dan wara’. Ketika ia disodori kendaraan “dinas” yang supermewah berupa beberapa
ekor kuda tunggangan, lengkap dengan kusirnya, Umar menolak, dan malah menjual
semua kendaraan itu, lalu uang hasil penjualannya diserahkan ke Baitul Maal.
Termasuk semua tenda, permadani dan tempat alas kaki yang biasanya disediakan
untuk khalifah yang baru.
Dalam sejarah peradaban Islam disebutkan, Umar bin Abdul Aziz merupakan
Khalifah Dinasti Umayyah yang membawa Daulah Umayyah mencapai puncak
kejayaan. Menurut para ahli sejarah, gaya kepemimpinannyamirip dengan gaya
kepemimpinan khulafaur Rasyidin. Dialah satu-satunya khalifah Bani
Umayyah yang tidak dicela oleh para khalifah Bani Umayyah pada masa
selanjutnya.*/
Sikap seorang muslim dalam menghadapai akhir zaman
Pertama: Menimba ilmu
Fitnah akhir zaman begitu dahsyatnya, maka seorang mukmin tidak akan mampu menghadapinya kecuali dengan kekuatan ilmu dan persiapan matang menghadapinya.
Kedua: Memperbanyak doa
Doa adalah senjata yang manjur dalam menghadapi fitnah. Betapa butuhnya seorang hamba untuk senantiasa bermohon kepada Rabnya agar dijaga dari fitnah. Jangankan kita sebagai orang biasa, Rasulullah sendiri –yang senantiasa diperkuat dengan wahyu– tetap berdoa agar dijauhkan diri dari fitnah.
Berkata Anas bin Malik:
Rasulullah-shallalhu
‘alaihi wa sallam –senantiasa berdoa: “’Wahai Zat yang membolak-balikkan hati
tetapkan hati kami di atas agamamu.’ Aku bertanya: Wahai Rasulullah apakah anda
khawatir dengan kami? Dia menjawab: Ya, sesungguhnya hati ini diantara jari-jemari
Allah dan dia berkuasa membolak-balikkannya sebagaimana yang dia kehendaki.”
(HR. Tirmizi)
Ketiga:Membentengi diri dengan iman dan tauhid
Dalam hadits Amr bin Ash,
“Akan datang fitnah sehingga berkata seorang mukmin: ‘Inilah fitnah yang membinasakanku', kemudian fitnah tersebut hilang. Kemudian dia datang kembali sehingga berkata seorang mukmin: ‘Mungkin inilah..inilah (yang membinasakanku)’” (HR.Muslim.)
“Akan datang fitnah sehingga berkata seorang mukmin: ‘Inilah fitnah yang membinasakanku', kemudian fitnah tersebut hilang. Kemudian dia datang kembali sehingga berkata seorang mukmin: ‘Mungkin inilah..inilah (yang membinasakanku)’” (HR.Muslim.)
Jadi yang dapat menyelamatkan seseorang
dari fitnah adalah imannya yang benar. Sebagaimana dalam hadis di atas, seorang
mukmin senantiasa bersiap-siap menghadapi fitnah dan khawatir binasa karenanya.
Tentunya iman yang dapat menjadi perisai serang mukmin adalah iman yang benar,
akidah tauhid yang diajarkan Rasulullah.
Keempat: Melaksanakan misi dakwah para Nabi
Sebagaimana dalam hadis Abdullah bin Amr bin Ash :
“Sesungguhnya
tidak pernah ada Nabi sebelumku kecuali wajib atasnya untuk memberitahukan
umatnya atas segala kebaikan yang dia ketahui untuk mereka, dan memperingatkan
mereka dengan segala keburukan yang dia ketahui untuk mereka,” (HR. Muslim).
Misi Nabi Muhammad diutus
adalah sebagai sosok guru yang mengajari dan mensucikan umat dari segala
kesesatan. Maka ilmu yang benar dan amal sholeh adalah penyebab hidayah dan
keistiqomahan bagi manusia.
Kelima: Menjalankan amar ma’ruf nahi mungkar
Fitnah dan segala bentuk kejelekan tidak akan dapat diatasi kecuali dengan menjalankan misi para Nabi menjalankan amar ma’ruf dan nahi mungkar melalui proses ta’lim yang melahirkan tazkiyah. Kemudian mengamalkan ilmu yang benar dalam proses tarbiyah.
Imam
muslim meriwayatkan dari jalur Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda:
“Tidak akan terjadi kimat hingga kelak tidak ada lagi yang mengatakan: (takutlah pada) Allah(takutlah pada)Allah.” (HR.Muslim, Tirmizi dan Ahmad).
“Tidak akan terjadi kimat hingga kelak tidak ada lagi yang mengatakan: (takutlah pada) Allah(takutlah pada)Allah.” (HR.Muslim, Tirmizi dan Ahmad).
Keenam: Istiqomah di atas sunnah
Firman Allah:
“Hendaklah
khawatir orang-orang yang menyelisihi perintahnya(Nabi) kelak mereka akan
ditimpa fitnah ataupun azab yang pedih.” QS: An-Nur: 63
Berkata
Imam Az-Zuhri: “Sunnah itu bagaikan bahtera Nuh, barang siapa yang menaikinya
dia akan selamat.”
Ketujuh: Beramal sholeh
Sebagaimana yang telah diajarkan Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wa salam, “Bersegeralah beramal sebelum munculnya fitnah yang datang bagaikan potongan-potongan malam yang gelap, seseorang dipagi harinya beriman dan disorenya telah menjadi kafir, atau sorenya masih beriman dan pagi harinya telah menjadi kafir, menjual agamanya dengan gemerlap dunia.” (HR.Muslim).
Kedelapan: Uzlah menjauhi diri dari fitnah
Tatkala Dajjal keluar, Nabi-shallallahu alaihi wa sallam-mengajarkan umatnya agar beruzlah menjauh dari fitnah, beliau bersabda:
“Barang
siapa mendengar kedatangan Dajjal maka hendaklah dia menjauh darinya, demi
Allah sesungguhnya seseorang akan mendatanginya-sementara dia menganggap
dirinya mukmin- akhirnya dia mengikutinya disebabkan berbagai syubuhat yang
didatangkannya.” (HR. Abu Daud).
Kesembilan: Menjauh dari da’i su’u
Da’i su’u adalah para penjaja kesesatan, yang menggiring manusia kepada neraka dengan kendaraan hawa nafsu dan syahwat.
Dari
Hudzaifah bin Al-Yaman dia berkata: bersabda Rasulullah, “Akan muncul fitnah
dan di atas pintu-pintunya ada para penyeru yang mengajak manusia ke neraka,
jika engkau mati dalam keadaan menggigit batang pohon, akan lebih baik bagimu
daripada mengikuti salah seorang dari mereka.” (HR. Ibnu Majah)
Kesepuluh: Kembali pada ulama
Ulama adalah lentera-lentera tatkala manusia dalam kegelapan kejahilan dan syubhat.
Dari Bisyr bin Amru, dia berkata:
“Kami
mengikuti Ibnu Mas’ud tatkala dia keluar menuju Qadisiyah,lantas dia masuk ke
kebun menunaikan hajatnya, dia berwudhu dan mengusap di atas kaos kakinya,
kemudian dia keluar sementara tetesan air wudhu membasahi janggutnya. Kami
berkata: ‘Berikanlah pada kami wasiat, sebab manusia telah terjebak dalam
fitnah dan kami tidak tau apakah bisa bertemu kembali denganmu atau tidak.’ Beliau
berkata: ‘Bertakwalah pada Allah dan bersabarlah hingga orang-orang yang baik
akan beristirahat (wafat) dari orang jahat atau manusia di istirahatkan dari
mereka (dengan mematikan orang yang fasiq), dan hendaklah kalian mengkuti
jama’ah sebab Allah tidak akan mengumpulkan ummat Muhammad di atas kesesatan.’”
Kesebelas: Tenang dan tidak tergesa-gesa dalam menghadapi fitnah
Fitnah yang datang terkadang bagaikan gelombang tsunami yang menggulung, memporak-porandakan manusia, membuat mereka lari terbirit-birit dalam kebingungan dan kalang kabut, tidak tau apa yang harus di lakukan. Orang yang bijak akan senantiasa berpikir jenih dan tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan tatkala fitnah melanda. Pernah suatu ketika Rasulullah-shallalahu ‘alaihi wa salam- memberikan pujian kepada sahabat Al-Asyaj bin Alqais:
“Ada
dua perkara yang dicintai Allah, yaitu sifat lembut dan tenang.”
Keduabelas: Yakin dengan pertolongan Allah
Segala ujian datangya daripada Allah-ta ‘ala-untuk menguji iman dan ketangguhan hati kita. Dengan ujian derajat keimanan akan naik, ketundukan pada Allah semangkin kuat, dan harap akan pertolongan-Nya semangkin menentramkan hati. Seorang mukmin sejati yakin Allah pasti akan menolongnya, dan Allah tidak akan pernah mengingkari janji.
Keempat belas: Bermodal sabar
Sabar adalah modal yang wajib ada dimiliki setiap muslim ketika berhadapan dengan segala fitnah. Berkata An-Nu’man bin Basyir:
“Sesungguhnya
tidaklah bersisa di dunia ini kecuali bencana dan fitnah-fitnah, maka
siapkanlah untuk menghadapinya dengan bermodalkan sabar.”
Kelima belas: Tabayyun dalam menerima berita
Dalam zaman fitnah, akan berkembang segala bentuk isu maupun provokasi, maka wajib bagi setiap muslim untuk teliti menerima berita, dengan mengecek kebenarannya, melihat dari mana sumbernya,dan tidak tergesa-gesa menyebarkannya sekalipun benar adanya-jika dikhwatirkan akan menjadi fitnah. Allah-ta’ala memerintahkan kita untuk mengecek berita jika datang dari orang yang tidak jelas, apalagi fasiq agar tidak muncul penyesalan dibelakang hari, dalam firmannya:
“Hai orang-orang yang beriman,
jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan
teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”
Q.S. Al Hujurat: 6
Persiapan Akhir Zaman
Pertama, persiapan paling
wajib adalah persiapan
ilmu dan iman, karena sungguh, orang yang berilmu tidaklah sama
dengan orang yang tidak berilmu. Ilmuilah karakter dan seluk beluk fitnah akhir
zaman. Dengan mengetahui seluk beluk fitnah akhir zaman, membuat kita pada
nantinya menjadi pemain, bukan pecundang.
1. Mengilmui aqidah dan tauhid yang benar sesuai dengan generasi salafus
shalih. Generasi salafus shalih adalah generasi orang-orang terdahulu, yaitu
Rasulullah, para sahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in. Iman, aqidah, dan
tauhid kita wajib disamakan seperti yang dipahami oleh mereka.
2. Kita juga perlu
memahami karakteristik musuh-musuh islam, serta memastikan bahwa kita tidak
termasuk di antara mereka.
3. Kita pun wajib
memahami karakteristik firqatun naajiyah, dan pastikan bahwa kita termasuk
dalam kriterianya.
Kedua adalah persiapan materi. Meski tidak begitu penting, tapi inshaa
Allah tak akan rugi jika mempersiapkannya. Di akhir zaman kita akan melalui
zaman tanpa teknologi. Fase dimana kita akan menghadapi kelaparan global,
kegelapan tanpa listrik. Maka inilah yang kita perlu persiapkan :
1. Kita dianjurkan oleh Rasulullah untuk menanam pohon kurma dan
menyediakan stok kurma yang masih ada di tangkainya, di rumah-rumah kita.
2. Membuat sumur-sumur manual di rumah.
3. Meng-emaskan dan mem-perakkan uang emas kita.
Menyiapkan dinar dan dirham.
4. Mempersiapkan
alat-alat manual. Kompor manual, korek api, lilin, lampu tempel, minyak tanah
5. Menyiapkan alat-alat surviver manual. Berbagai
macam tali dan tenda.
6. Masker dan kacamata renang. Dukhan
adalah bencana dengan asap dan kabut yang pekat. Maka persiapkanlah alat-alat
untuk mencegah tubuh kita terpapar dari zat-zat berbahaya tersebut. Kalaupun
memang dukhon itu masih lama, Inshaa Allah Ta’ala, alat-alat tersebut masih
bisa dimanfaatkan untuk hal lain.
7. Senjata manual dan
baju anti senjata tajam. Karena nanti kejahatan semakin merajalela.
8. Alat thibbun nabawi, seperti bekam dan
semacamnya. Sejak dahulu hingga hari kiamat, thibun nabawi tetaplah
menjadi pengobatan paling unggul di seluruh dunia.
Jika
sudah ada info resmi bahwa tak akan lama lagi akan ada meteor menabrak bumi dan
sudah ada gonjang-ganjing di Arab Saudi, maka persiapkanlah hal ini :
1. Hijrah ke
pedesaan. Sebab orang yang akan paling tertekan terhadap terjadinya dukhon
adalah orang yang berada di perkotaan.
2. Membentuk
komunitas. Menyiapkan satu lahan, bentuk komunitas, untuk membuat rumah
berkumpul dalam satu wilayah, agar orang beriman bisa saling menjaga dan
melindungi.
3. Segera jual aset-aset
teknologi dan beralih dengan membeli emas.
Semoga bermanfaat..
kapan gantine :v
BalasHapusmana mading yang baru?
BalasHapus"Jaza-Kallah Khairan Katsiiraa"
BalasHapusijin kopas :v
BalasHapus