Sobat Ulul Albab, saat ini banyak, lho, tanda-tanda kiamat yang sudah terjadi. Sadar enggak? Misalnya saja, maraknya kasus pembunuhan, seringnya peristiwa bencana alam, serta menjamurnya minuman keras, juga perzinahan. Artinya, sadar enggak sadar kita hidup di penghujung zaman, tinggal menunggu waktu saja hingga kiamat besar terjadi.
Rasulullah saw. bersabda,
Jarak diutusnya aku dan hari Kiamat seperti dua (jari) ini.” Beliau berisyarat dengan kedua jarinya (jari telunjuk dan jari tengah), lalu merenggangkannya. (HR. Muslim no. 7597)
Sangat dekat sekali, bukan? Padahal, Rasulullah telah diutus oleh Allah sekitar 14 abad yang lalu.
Rasulullah saw. bersabda,
Di tengah-tengah kalian terdapat zaman kenabian, atas izin Allah ia tetap ada. Lalu, Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian, akan ada Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. Ia ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Lalu, Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian, akan ada kekuasaan (kerajaan) yang zalim; ia juga ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Lalu, Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian, akan ada kekuasaan (kerajaan) diktator yang menyengsarakan; ia juga ada dan atas izin Allah akan tetap ada. Selanjutnya, akan ada kembali Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian.” Beliau kemudian diam. (HR. Ahmad bin Hanbal, Musnad, Juz IV, hlm. 273)
Jika kita mencermati hadits di atas, saat ini kita berada di tahap keempat dari lima tahap dunia. Masa kekuasaan yang diktator. Ya, zaman di mana terjadi banyak fitnah dan cobaan yang begitu berat menimpa umat Islam.
Umat Islam sedunia terpecah-belah, tidak bersatu dalam sebuah ikatan (ukhuwah). Saudara muslim di wilayah lainnya banyak yang menderita, bahkan terjajah secara fisik dan mental. Suriah, Uyghur, Kashmir, mereka, saudara seiman kita harus berjuang mati-matian, bukan hanya untuk bertahan hidup, tetapi juga mempertahankan keimanan mereka. Palestina? Hingga kini ribuan muslim syahid, menjadi garda terdepan menjaga Baitul Maqdis, Al-Quds. Kita? Tak bisa membantu mereka secara fisik, ‘kan?
Saat ini, umat Islam juga terjajah secara mental. Adanya perang pemikiran (ghazwul fikri) menggerogoti pilar-pilar kaum muslim. Lewat penjajahan pemikiran, kaum muslim menjadi terbius, sehingga mudah saja untuk diarahkan menuju keinginan musuh-musuh Islam.
Adapun puncak dari segala fitnah adalah datangnya Mesiah Palsu, yaitu Dajjal. Sosoknya benar-benar ada, bukanlah sekadar mitos atau fiksi belaka. Dikabarkan, Dajjal akan datang sebelum hari kiamat tiba, mengaku-ngaku sebagai sang Penolong serta menimbulkan huru-hara di bumi, sampai akhirnya orang-orang akan murtad dan menjadi pengikutnya.
Rasulullah saw. bersabda,
Dajjal tidak akan muncul sehingga manusia melupakannya dan para Imam meninggalkan untuk mengingatnya di atas mimbar-mimbar.” (HR. Ahmad no. 16073)
Musuh-musuh Islam sejak lama mempersiapkan kedatangannya. Terlebih dahulu, mereka menyiapkan sistem-sistem yang akan menyambutnya tiba, salah satunya dengan adanya sekulerisme atau pemisahan agama dari kehidupan (fashluddin ‘anil hayah).
Sekulerisme merupakan upaya yang sangat krusial untuk mempersiapkan kedatangan Dajjal. Dengan adanya pemisahan agama dari kehidupan, maka banyak dari umat Islam yang akan tergerus akidahnya dan semakin dangkal pemahaman agamanya. Dengan begitu, mudah saja umat Islam untuk dijajah pemikirannya. Fitnah-fitnah dimunculkan untuk menyerang umat Islam.
Sekulerisme menjadi asas dari liberalisme (kebebasan) yang diwujudkan dalam hak asasi. Dengan dalih hak asasi, kebebasan dijunjung tinggi. Orang bebas untuk berperilaku, mengungkapkan apa yang ada dipikirannya dengan payung hak asasi. Orang-orang bertindak atas kebebasan individu, bukan berdasar pada syari’at Allah. Juga, sikap individualistis dibuka selebar-lebarnya tanpa ada ruang untuk saling mengingatkan (amar ma’ruf nahi munkar).
“Gue ya gue! Lo ya elo! Dosa gue ya urusan gue, enggak usah ikut campur!”, “Jangan bawa-bawa agama! Ini bukan majelis ta’lim!”
Sering mendengar ucapan semacam ini? Yap, inilah bukti bahwa sekulerisme telah merasuk pada masyarakat kita.
Semakin ke sini, ruang lingkup agama semakin kecil, apalagi pada ranah pubik. Padahal, seluruh aspek dari kehidupan ini sudah diatur di dalam agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. dari Tuhan Pencipta Alam, Allah Swt.
Maka, tak heran jika ada yang menghina agama, tetapi dilindungi dengan dalih kebebasan berpendapat. Tak kaget dengan maraknya pakaian minim dan ketat yang menimbulkan syahwat karena sudah ada hak kebebasan berpakaian. Apalagi, berharap pelaku seks menyimpang akan dihukum sebab mereka dijamin oleh hak kebebasan berperilaku. Namun, sebagai umat Islam kita tidak boleh ikut-ikutan merasa biasa saja dan bersikap wajar atau memaklumi hal-hal yang salah tadi.
Lalu, bagaimana solusinya dalam menghadapi sekulerisme?
Jawabannya, hanya satu. Terapkan Islam di seluruh lingkup kehidupan kita.
Lha, kok bisa? Kenapa?
Gini, Sob. Kita sudah paham bahwasanya sekulerisme berfungsi untuk memisahkan agama dari kehidupan kita. Padahal, Islam adalah satu-satunya agama yang memiliki aturan supeeer lengkap banget. Juga, hanya dengan Islam-lah masalah-masalah di dalam masyarakat akan selesai. Dan, sebenarnya, yang paling penting adalah karena segala aktivitas manusia terikat oleh hukum syara’.
Lalu, masyarakat non-Islam?
Santuy, tenang saja. Karena Islam memiliki aturan yang lengkap (cuma kita-nya aja yang enggak ngerti), Islam telah mengatur bagaimana perlakuan terhadap orang non-Islam. Masih ingat ‘kan, bahwa Islam itu rahmatan lil ‘alamin atau rahmat bagi seluruh alam? Yap, dengan menerapkan aturan Islam-lah, rahmatan lil ‘alamin akan terwujud.
Buktinya?
Nah, silakan baca-baca Sirah Nabawi dan buku-buku sejarah Islam, ya Sob. Mulai dari tegaknya peradaban Islam di Madinah hingga runtuhnya Utsmani pada tanggal 3 Maret 1924.
Di masa peradaban Islam, banyak banget, lho, kemajuan yang dicapai, terutama oleh pemuda muslim. Berbeda sekali dengan pemuda zaman sekarang yang di umur remajanya hanya disibukkan dengan hal-hal sepele.
Bisa kita simpulkan, bahwasanya Islam akan menghasilkan individu-individu yang bertaqwa serta bermutu tinggi, berbeda halnya dengan sekulerisme. Untuk itu, bertekadlah menjadi pejuang Islam, ambil bagian dalam perjuangan menegakkan agama Allah Swt.
Ya, walaupun memang itu tak mudah. Ditambah lagi, saat ini semua informasi tersebar bebas di internet tanpa adanya suatu sistem yang menyaring, sehingga informasi yang tidak sesuai maupun fitnah-fitnah pun dapat terakses dengan mudah. Sedihnya, masih saja ada umat Islam yang bingung dalam memilih pedoman.
Dari Anas bin Malik ra., Rasulullah saw. bersabda,
“Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api.” (HR. Tirmidzi no. 2260, Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Itulah gambaran orang yang konsekuen dengan ajaran Islam saat ini. Begitu sulitnya, begitu beratnya. Kadang cacian yang mesti diterima, kadang dikucilkan oleh masyarakat sekitar, kadang jadi bahan omongan yang tidak enak di dengar. Bahkan, sampai-sampai nyawa dirinya dan keluarganya-lah yang terancam. Resikonya berat dan membutuhkan keteguhan atau istiqomah yang lebih kuat. Namun, hal ini tentunya sebanding dengan hasil yang akan didapat nanti di perkampungan akhirat. Ya, surga-Nya. Aamiin.
Yuk, join jadi “Pemuda Akhir Zaman, Sang Pejuang Islam”!
WalLahu a’lam bi ash-shawwab.
0 komentar:
Posting Komentar